Bisnis.com, BALIKPAPAN – Upaya Kalimantan Timur (Kaltim) untuk mendiversifikasi ekonomi di luar sektor batu bara, kini tertuju pada pasar potensial Jawa Timur (Jatim).
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop) Heni Purwaningsih menyatakan prospek komoditas nonmigas Kaltim tampak cerah.
"Sektor perikanan dan hasil perkebunan serta turunannya yang paling diuntungkan. Ini didorong permintaan yang cukup tinggi dari pelaku usaha Jawa Timur, baik untuk kebutuhan lokal mereka maupun untuk pemenuhan kebutuhan ekspor," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (14/5/2025).
Heni menegaskan pihaknya akan mengembangkan hilirisasi berbasis komoditas unggulan daerah dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kaltim.
Langkah konkretnya meliputi kemudahan perizinan, investasi, pengembangan hilirisasi berbasis pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui Rumah Produksi Bersama, serta Desa Devisa untuk menggenjot ekspor nonmigas dan non-batu bara.
“Disperindagkop Kaltim akan menindaklanjuti potensi daerah dalam pengembangan kapasitas produsen dan industri lokal melalui beberapa langkah strategis. Pertama, kami akan melakukan pemetaan potensi industri unggulan di tiap daerah untuk mengetahui kekuatan lokal yang bisa dikembangkan secara maksimal,” terang Heni.
Baca Juga
Dia menambahkan, pembentukan sentra industri baru dan kemudahan akses pembiayaan menjadi kunci dari strategi tersebut dan disinergikan dengan pemangku kepentingan secara berkelanjutan.
“Selanjutnya, kami akan menyusun program pelatihan dan pendampingan teknis kepada pelaku industri kecil dan menengah (IKM) agar mampu meningkatkan kualitas produk, efisiensi produksi, serta inovasi,” katanya.
Misi dagang ke Jatim, menurut Heni, menjadi salah satu katalisator penting. "Misi dagang ini jadi peluang besar bagi Kaltim, meskipun saat ini nilai pembelian Jatim terhadap produk kita masih lebih kecil. Justru ini jadi pemicu bagi Indagkop untuk mendorong pelaku usaha lokal agar lebih siap dan mampu bersaing, khususnya memenuhi permintaan luar daerah," tegasnya.
Dengan banyaknya pelaku usaha Jatim dan Jakarta yang mencari bahan baku, Kaltim diharapkan dapat menjadi mitra jangka panjang asalkan kualitas, kontinuitas, dan skala produksi terjaga.
“Kedepannya Indagkop akan terus follow up kesepakatan yang terjadi dan akan bantu pelaku usaha di Kaltim untuk naik kelas, mulai dari pelatihan, pembinaan kualitas produk, sampai perluasan akses pasar. Targetnya, Kaltim tidak hanya jadi pasar, tapi juga jadi pemasok yang berdaya saing,” paparnya.
Kendati demikian, peluang emas hilirisasi ini dihadapkan pada faktor kesiapan, daya saing, dan skala produksi Kaltim.
Pengamat ekonomi Universitas Mulawarman Hairul menyoroti bahwa dalam perdagangan antar pulau, fokus Kaltim sering kali meleset.
"Kaltim gagal dalam memanfaatkan peluang, berbeda dengan Jatim yang selalu diuntungkan karena kesiapannya. Terlihat perbedaan dalam pameran dagang kemarin di dalam arena, peserta dari Jawa Timur siap berjualan, sementara dari Kalimantan Timur lebih bersifat pameran," terangnya.
Dia menyarankan Kaltim untuk lebih serius mengembangkan sektor pertaniannya, seperti jagung yang dibutuhkan jutaan ton oleh Jatim.
"Kaltim bisa menjadi pemasok bahan baku atau setengah jadi. Kuncinya adalah kerja sama yang efisien, di mana Kaltim dapat berguru dari Jatim yang sudah mapan, mulai dari teknologi, alat pertanian, hingga tenaga ahli," paparnya.
Hairul menekankan manfaat yang dikejar Kaltim seharusnya melampaui nilai transaksi semata.
"Jangan melihat dari nilai transaksi dagang missal Rp1 triliun, tapi kan yang belajar kita sebenarnya," kritiknya.
Adapun, dia menuturkan Pemprov Kaltim perlu berpikir out of the box, misalnya dengan fokus investasi pada infrastruktur pendukung pertanian seperti kapal pengangkut khusus, serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan intensif dan fasilitasi permodalan via BUMDes, koperasi atau Perusda.