Bisnis.com, BALIKPAPAN – Kalimantan Selatan (Kalsel) menghadapi sejumlah risiko dan tantangan yang dapat memengaruhi kinerja perekonomiannya pada tahun 2025.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Selatan Fadjar Majardi menyatakan perubahan dinamika geopolitik global yang terus berkembang berpotensi menyebabkan ketidakstabilan di pasar keuangan serta gangguan pada rantai pasok internasional.
“Melambatnya perekonomian negara mitra dagang utama, seperti China dan India, akibat deselerasi permintaan domestik, serta transisi global menuju energi hijau, dapat menekan permintaan terhadap komoditas unggulan Kalsel, khususnya batu bara,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2024).
Fadjar menekankan pentingnya sinergi kebijakan dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Menurutnya, sinergi kebijakan perlu terus diperkuat untuk menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks serta mempercepat proses transformasi ekonomi dalam mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, dia menjelaskan strategi pengembangan ekonomi hijau melalui pariwisata berbasis Meratus Geopark, hilirisasi sumber daya alam (SDA), dan penciptaan sumber energi alternatif diharapkan dapat menciptakan forward linkage yang signifikan terhadap perekonomian Kalsel.
Baca Juga
Sehingga, langkah-langkah ini diharapkan tidak hanya meningkatkan daya saing daerah, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
“Secara paralel, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Daerah dan seluruh pemangku kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Adapun, dia menuturkan koordinasi yang meliputi kebijakan moneter, fiskal, makroprudensial, dan sistem pembayaran ini bertujuan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.