Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Penyaluran kredit sektoral di Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan positif pada kuartal I/2025, meski tak mentereng dibandingkan periode sebelumnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur Budi Widihartanto menyatakan kontraksi paling dalam terjadi pada sektor industri pengolahan dengan penurunan mencapai 13,99% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Setali tiga uang, sektor pertambangan dan konstruksi masing-masing anjlok sebesar 8,16% dan 6,03% yoy, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kedua sektor tersebut.
Di sisi lain, sektor rumah tangga dan transportasi dan pergudangan (transgud) justru menunjukkan kinerja positif. Kredit sektor rumah tangga mencatatkan pertumbuhan 20,15% yoy, sementara sektor transgud melonjak drastis hingga 66,93% yoy.
Kendati demikian, sektor pertambangan tetap menjadi tulang punggung penyaluran kredit dengan pangsa mencapai 19,55% dari total kredit di Kalimantan Timur.
Dari aspek kualitas kredit, tingkat Non Performing Loan (NPL) masih terjaga pada level yang aman. Sektor pertanian dan industri pengolahan mempertahankan NPL di bawah 1%, masing-masing sebesar 0,11%. Adapun sektor pertambangan dan konstruksi juga menunjukkan tingkat NPL yang rendah, yakni 0,49% dan 3,29%.
Baca Juga
Secara geografis, distribusi pertumbuhan kredit menunjukkan disparitas yang cukup signifikan. Budi menyebutkan Kabupaten Berau memimpin dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 26,63% yoy, disusul Kabupaten Kutai Timur (13,80% yoy) dan Kota Samarinda (6,76% yoy).
Sebaliknya, Kabupaten Kutai Barat, Mahakam Ulu, Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang mengalami kontraksi pada periode yang sama.
Dia menjelaskan konsentrasi penyaluran kredit masih terpusat di dua kota besar, yaitu Balikpapan dan Samarinda.
Kedua kota ini menguasai 46,90% dari total penyaluran kredit di Kalimantan Timur, yang mencerminkan peran strategis mereka sebagai pusat aktivitas ekonomi regional.
Kondisi ini kontras dengan Kabupaten Penajam Paser Utara yang hanya memiliki pangsa kredit sebesar 0,96%, meski wilayah tersebut tengah bersiap menjadi ibu kota negara.
Artinya, transformasi ekonomi memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk terefleksi dalam penyaluran kredit perbankan.