Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meneropong Ekspor Kaltim di Persimpangan Energi Global

Ekonomi Kaltim bergantung pada adaptasi transisi energi global. Ekspor batu bara terancam proteksionisme AS, sementara perjanjian internasional diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Progres pembangunan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, Kaltim, Senin (6/5/2024) - (ANTARA/Muzdaffar Fauzan)
Progres pembangunan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, Kaltim, Senin (6/5/2024) - (ANTARA/Muzdaffar Fauzan)
Ringkasan Berita
  • Ekonomi Kalimantan Timur sangat bergantung pada ekspor, yang menyumbang lebih dari 40% terhadap PDRB, dengan sektor industri pengolahan dan pertanian memberikan kontribusi signifikan.
  • Prospek ekspor Kaltim menghadapi tantangan dari kebijakan proteksionisme AS dan transisi global ke energi terbarukan, yang dapat menekan permintaan batu bara.
  • Pemerintah daerah mengandalkan perjanjian kerja sama internasional, seperti ASEAN-China Free Trade Area, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencapai target nasional 8%.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, BALIKPAPAN - Masa depan ekonomi Kalimantan Timur sangat bergantung pada kemampuan beradaptasi di era transisi energi global yang tidak terelakkan.

Dengan net ekspor yang berkontribusi lebih dari 40% terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), peningkatan kinerja industri dan ekspor menjadi pendorong ekonomi Kaltim di kuartal II/2025.

Analis Senior Departemen Internasional Bank Indonesia, Veny Tamarind, menyatakan provinsi penghasil energi terbesar di Indonesia ini tetap mempertahankan dominasinya dengan menguasai 47% pangsa ekonomi regional Kalimantan.

"Struktur ekonomi Kaltim yang turut bertumpu pada sektor-sektor sekunder yang kuat membuat ekonomi Kaltim tetap mendominasi di Regional Kalimantan meski pertambangan mengalami perlambatan," kata Veny Tamarind dalam keterangan resmi, Kamis (21/8/2025).

Dia menambahkan, sektor industri pengolahan menyumbang andil sebesar 2,75% dengan pangsa 20,33% terhadap total perekonomian daerah. 

Kinerja gemilang ini didorong oleh meningkatnya produksi pupuk, CPO, dan bahan kimia yang tercermin dari lonjakan nilai ekspor fertilizer hingga 14,46%.

Sementara itu, sektor pertanian turut memberikan kontribusi positif dengan andil 0,54% berkat panen hortikultura dan peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang mendapat berkah curah hujan optimal.

Namun, Veny menyebutkan prospek ekspor Kaltim ke depan menghadapi cobaan berat seiring kebijakan proteksionisme Amerika Serikat yang menerapkan tarif impor resiprokal. 

Mulai 9 April 2025, AS mengenakan tarif tambahan hingga 245% untuk China, 20% untuk Filipina, 15% untuk Jepang, dan 20% untuk Taiwan yang ke semuanya merupakan mitra dagang utama Kaltim.

"Dampak dari tarif impor AS ini sudah terasa dengan menurunnya indeks manufaktur PMI di negara-negara tujuan ekspor utama kita. Hal ini pada gilirannya akan menekan permintaan energi, termasuk batu bara yang masih mendominasi ekspor Kaltim dengan pangsa lebih dari 60%," kata dia.

Lebih lanjut, dia menjelaskan komitmen China untuk mencapai netralitas karbon pada 2060 dan India pada 2070 semakin mempercepat transisi ke energi terbarukan. 

Data menunjukkan pertumbuhan penggunaan renewable energy di China dan India masing-masing mencapai tren positif yang konsisten.

Menurutnya, fenomena shifting menuju energi bersih ini ibarat pisau bermata 2 bagi Kaltim. International Energy Agency (IEA) memproyeksikan perdagangan batu bara global akan turun 7% pada 2025, dengan Indonesia menjadi kontributor penurunan terbesar bersama Kolombia.

"Atau sekitar 1,1 miliar ton dan Indonesia diprakirakan turun paling sedikit sebesar 10%. Penurunan diprakirakan berlanjut pada tahun 2026, di mana ekspor batu bara termal Indonesia turun sebesar 35 juta ton dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2025," ucapnya.

Di tengah tantangan yang menggunung, kata Veny, pemerintah daerah menggantungkan harapan pada berbagai perjanjian kerja sama internasional untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional 8%. 

Korelasi yang tinggi antara net ekspor dan PDRB Kaltim yang mencapai 90% menuntut pertumbuhan net ekspor sebesar 6,95% untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Adapun, dia menuturkan beberapa kesepakatan strategis yang menjadi andalan antara lain ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN-India Free Trade Area, Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement, dan kerja sama bilateral dengan Provinsi Anhui senilai Rp 13,8 triliun.

"Berbagai perjanjian kerja sama internasional menjadi kunci untuk mendorong  kinerja ekspor untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi (nasional) 8%," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro