Bisnis.com, BALIKPAPAN - Masa depan ekonomi Kalimantan Timur sangat bergantung pada kemampuan beradaptasi di era transisi energi global yang tidak terelakkan.
Dengan net ekspor yang berkontribusi lebih dari 40% terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), peningkatan kinerja industri dan ekspor menjadi pendorong ekonomi Kaltim di kuartal II/2025.
Analis Senior Departemen Internasional Bank Indonesia, Veny Tamarind, menyatakan provinsi penghasil energi terbesar di Indonesia ini tetap mempertahankan dominasinya dengan menguasai 47% pangsa ekonomi regional Kalimantan.
"Struktur ekonomi Kaltim yang turut bertumpu pada sektor-sektor sekunder yang kuat membuat ekonomi Kaltim tetap mendominasi di Regional Kalimantan meski pertambangan mengalami perlambatan," kata Veny Tamarind dalam keterangan resmi, Kamis (21/8/2025).
Dia menambahkan, sektor industri pengolahan menyumbang andil sebesar 2,75% dengan pangsa 20,33% terhadap total perekonomian daerah.
Kinerja gemilang ini didorong oleh meningkatnya produksi pupuk, CPO, dan bahan kimia yang tercermin dari lonjakan nilai ekspor fertilizer hingga 14,46%.
Baca Juga
Sementara itu, sektor pertanian turut memberikan kontribusi positif dengan andil 0,54% berkat panen hortikultura dan peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang mendapat berkah curah hujan optimal.
Namun, Veny menyebutkan prospek ekspor Kaltim ke depan menghadapi cobaan berat seiring kebijakan proteksionisme Amerika Serikat yang menerapkan tarif impor resiprokal.
Mulai 9 April 2025, AS mengenakan tarif tambahan hingga 245% untuk China, 20% untuk Filipina, 15% untuk Jepang, dan 20% untuk Taiwan yang ke semuanya merupakan mitra dagang utama Kaltim.
"Dampak dari tarif impor AS ini sudah terasa dengan menurunnya indeks manufaktur PMI di negara-negara tujuan ekspor utama kita. Hal ini pada gilirannya akan menekan permintaan energi, termasuk batu bara yang masih mendominasi ekspor Kaltim dengan pangsa lebih dari 60%," kata dia.
Lebih lanjut, dia menjelaskan komitmen China untuk mencapai netralitas karbon pada 2060 dan India pada 2070 semakin mempercepat transisi ke energi terbarukan.
Data menunjukkan pertumbuhan penggunaan renewable energy di China dan India masing-masing mencapai tren positif yang konsisten.
Menurutnya, fenomena shifting menuju energi bersih ini ibarat pisau bermata 2 bagi Kaltim. International Energy Agency (IEA) memproyeksikan perdagangan batu bara global akan turun 7% pada 2025, dengan Indonesia menjadi kontributor penurunan terbesar bersama Kolombia.
"Atau sekitar 1,1 miliar ton dan Indonesia diprakirakan turun paling sedikit sebesar 10%. Penurunan diprakirakan berlanjut pada tahun 2026, di mana ekspor batu bara termal Indonesia turun sebesar 35 juta ton dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2025," ucapnya.
Di tengah tantangan yang menggunung, kata Veny, pemerintah daerah menggantungkan harapan pada berbagai perjanjian kerja sama internasional untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional 8%.
Korelasi yang tinggi antara net ekspor dan PDRB Kaltim yang mencapai 90% menuntut pertumbuhan net ekspor sebesar 6,95% untuk mewujudkan ambisi tersebut.
Adapun, dia menuturkan beberapa kesepakatan strategis yang menjadi andalan antara lain ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN-India Free Trade Area, Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement, dan kerja sama bilateral dengan Provinsi Anhui senilai Rp 13,8 triliun.
"Berbagai perjanjian kerja sama internasional menjadi kunci untuk mendorong kinerja ekspor untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi (nasional) 8%," pungkasnya.