Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Balikpapan Deflasi 0,01%, Penajam Paser Utara Inflasi Tinggi

Balikpapan mengalami deflasi 0,01% pada Juli 2025, didorong oleh penurunan tarif angkutan udara dan peningkatan pasokan hortikultura. Sebaliknya, Penajam Paser Utara mencatat inflasi 0,88% akibat kenaikan harga tomat dan cabai rawit.
Pemandangan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur./Pemkot Balikpapan
Pemandangan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur./Pemkot Balikpapan
Ringkasan Berita
  • Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,01% pada Juli 2025, terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara dan normalisasi distribusi air kemasan.
  • Kabupaten Penajam Paser Utara mencatat inflasi tinggi 0,88% pada periode yang sama, dengan kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebagai penyumbang utama.
  • Bank Indonesia dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) berencana mengintensifkan strategi pengendalian inflasi, termasuk pemantauan harga dan penguatan kerja sama antardaerah.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, BALIKPAPAN — Kota Balikpapan mencatatkan fenomena deflasi 0,01% pada Juli 2025, kontras dengan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang justru mengalami inflasi tinggi 0,88% pada periode yang sama. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menyatakan secara tahunan Kota Minyak masih mencatat inflasi 1,85%, lebih rendah dari angka nasional 2,37% dan gabungan 4 kota di Provinsi Kaltim yakni 2,08%. 

"Inflasi tahun kalender Januari hingga Juli 2025 mencapai 2,15%, atau masih dalam rentang sasaran inflasi nasional 2,5%±1%," kata Robi Ariadi dalam keterangan tertulis, Selasa (12/8/2025). 

Dia menambahkan, kelompok transportasi menjadi motor penggerak deflasi Balikpapan dengan kontribusi 0,23%. 

Robi menyebutkan, 5 komoditas penyumbang deflasi terdiri dari angkutan udara, air kemasan, kacang panjang, bayam, dan sawi hijau.

Penurunan tarif angkutan udara dipicu kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dengan diskon 6% yang berlaku Juni hingga Juli 2025.

Tak hanya itu, normalisasi distribusi air kemasan turut menyumbang penurunan harga. 

Selanjutnya, komoditas hortikultura seperti kacang panjang, bayam, dan sawi ikut mengalami penurunan harga akibat peningkatan pasokan dan kelancaran distribusi.

Di sisi lain, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tetap menjadi sumber tekanan inflasi dengan andil 0,15%. 

"Lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi meliputi tomat, cabai rawit, beras, bawang merah, dan mobil," tuturnya. 

Kondisi cuaca turut menjadi biang keladi kenaikan harga hortikultura. 

Robi menjelaskan hujan berkepanjangan membatasi produksi tomat, sementara kemarau basah di sentra produksi Sulawesi dan Jatim mengakibatkan kelangkaan cabai rawit dan bawang merah.

Adapun kenaikan harga mobil dipicu kebijakan distributor seiring kenaikan BBM per 1 Juli 2025.

Berbeda 180 derajat dengan Balikpapan, Kabupaten PPU justru mencatat inflasi 0,88% pada Juli 2025. 

Inflasi tahunan mencapai 3,26% dan melampaui angka nasional dan regional. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau berkontribusi 0,82% terhadap inflasi di PPU.

Robi menjelaskan, 5 komoditas penyumbang inflasi tertinggi di PPU adalah tomat, cabai rawit, semangka, daging ayam ras, dan beras.

Sebaliknya, ikan layang/benggol, sawi hijau, buncis, kangkung, dan ketimun menjadi penyumbang deflasi akibat peningkatan pasokan dan periode tangkap ikan pelagis.

Lebih jauh, Robi mengungkapkan dalam survei konsumen Juli 2025 menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Balikpapan tercatat 134,5, meski turun dari 137,3 pada Juni 2025. 

Angka di atas 100 ini mencerminkan optimisme yang masih terjaga meskipun sedikit melemah.

"Optimisme konsumen yang tetap kuat juga terkonfirmasi oleh keyakinan," ujar Robi.

Prakiraan hujan berkelanjutan di sentra produksi dan gelombang laut tinggi berpotensi mengganggu pasokan komoditas pertanian dan perikanan. 

Kondisi ini diperparah permintaan yang tetap kuat seiring optimisme konsumen yang terjaga.

Sebagai respons, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan mengintensifkan 5 strategi utama, yaitu pemantauan harga berkala, identifikasi dan mitigasi risiko, penguatan kerja sama antardaerah, operasi pasar rutin, dan gerakan pemanfaatan lahan pekarangan.

Dia menuturkan Bank Indonesia berkomitmen menyinergikan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga inflasi dalam rentang sasaran 2025 sebesar 2,5%±1%, sekaligus mengimplementasikan roadmap pengendalian inflasi daerah 2025-2027.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro