Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ironis! Fenomena Antrean Solar Memakan Korban di Balikpapan

Antrean BBM menjadi salah satu kendala yang dialami sejumlah driver di Balikpapan.
Ilustrasi-Truk bermuatan berlebih melintas di Jakarta, Minggu (29/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Ilustrasi-Truk bermuatan berlebih melintas di Jakarta, Minggu (29/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, BALIKPAPAN — Sebuah kecelakaan lalu lintas melibatkan dua truk terjadi di Jalan akses Terminal Petikemas (TPK) KM 13 Kariangau, Balikpapan, pada Selasa (15/7/2025) sekitar pukul 10.15 WITA. 

Insiden ini kembali menyoroti problematika kronis antrean bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang telah berlangsung bertahun-tahun tanpa solusi konkret di Kota Minyak.

Kecelakaan tersebut terjadi ketika sebuah truk roda enam menabrak bagian belakang truk tronton yang sedang mengantre solar di SPBU KM 13. 

Rekaman video berdurasi 40 detik yang beredar di media sosial memperlihatkan detik-detik mengerikan kondisi driver yang seketika meninggal dunia di tempat saat kendaraannya menyeruduk truk di depan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kalimantan Timur Ibrahim menyatakan akar permasalahan yang sesungguhnya bukanlah sekadar human error belaka. 

Salah satu yang diidentifikasi sebagai biang keladi utama tragedi ini adalah antrean BBM. 

"Benang kusut persoalan ini adalah antrean panjang untuk mendapatkan solar bersubsidi yang telah berlangsung selama bertahun-tahun tanpa solusi signifikan dari pemerintah," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/7/2025). 

Lebih lanjut, Ibrahim mengungkapkan bahwa krisis ini dipicu oleh dua faktor mendasar, yaitu pasokan solar yang tidak memadai dan jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang sangat terbatas. 

Situasi ini diperparah oleh fakta bahwa kuota solar Balikpapan juga harus melayani kendaraan dari daerah sekitar seperti Penajam dan Kutai Kartanegara, serta kendaraan dari luar daerah yang mengangkut barang ke Kalimantan Timur.

Kondisi yang mencekam ini telah memicu serangkaian insiden serius lainnya. 

Tidak hanya kecelakaan lalu lintas, Ibrahim menyampaikam terjadi juga kematian akibat kelelahan saat mengantre, hingga perkelahian antar pengemudi. 

"Ada istri driver yang menelpon saya, menanyakan kemana suaminya tidak pulang berhari-hari. Saya jawab lagi mengantre solar," katanya. 

Menghadapi situasi yang semakin genting, Aptrindo mendesak pemerintah dan instansi terkait untuk segera meninjau kembali regulasi distribusi solar. 

Dua langkah konkret yang diusulkan adalah penambahan jumlah SPBU, khususnya yang melayani truk, serta peningkatan kuota solar menjadi minimal 250 liter per kendaraan.

"Regulasi 120 liter per kendaraan saat ini, itu hanya cukup untuk dua kali perjalanan. Selama ini kami mengakali dengan membeli di eceran, tapi kami tidak mau seperti itu terus," tegas Ibrahim. 

Konsekuensinya, dia menyebutkan bisa saja membeli BBM non-subsidi supaya tidak antre, namun hal ini berpotensi menaikkan harga barang akibat ongkos angkutan yang meningkat.

Ibrahim turut mewanti-wanti dampak jangka panjang dari ketidakpedulian pemerintah terhadap masalah ini. 

Tanpa perubahan berarti, insiden serupa dikhawatirkan akan terus berulang. Bahkan, dia menegaskan ada wacana sejumlah besar driver akan berhenti kerja.

"itu resign ya, bukan mogok. Tapi pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, selama tiga hari para driver melakukan mogok kerja hingga harga barang menjadi selisih lumayan besar. Itu yang saya khawatirkan, selama ini kami dari asosiasi selalu menahan-nahan (keinginan para driver tersebut)," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper