Bisnis.com, BALIKPAPAN – Nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melambat pada Maret 2025, namun masih mencatatkan surplus dalam neraca perdagangan.
Meski penurunan impor cukup drastis, namun neraca perdagangan Kaltim tetap mencatat surplus yang baik.
Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur Yusniar Juliana menyatakan nilai ekspor Kaltim pada Maret 2025 mencapai US$1,71 miliar.
"Angka ini terkontraksi 5,47% dibandingkan Februari 2025 yang senilai US$1,81 miliar," ujar Yusniar Juliana dalam keterangan resmi, Selasa (6/5/2025).
Di sisi lain, nilai impor anjlok 20,74% menjadi US$374,03 juta dari posisi US$471,93 juta pada Februari 2025.
Yusniar menyebutkan penurunan impor yang lebih dalam ini masih menghasilkan surplus neraca perdagangan sebesar US$1,34 miliar pada Maret 2025.
Baca Juga
Jika dirinci, penurunan ekspor total dipicu oleh ekspor migas yang terkontraksi 29,20% (month-to-month/mtm) menjadi US$154,04 juta.
Meskipun ekspor nonmigas juga turun, tapi penurunannya relatif lebih kecil, yaitu 2,23% mtm menjadi US$1,55 miliar.
Sementara itu, penurunan impor didorong oleh kedua komponen. Impor migas turun 4,52% (mtm) menjadi US$300,50 juta dan impor nonmigas terjun bebas sebesar 53,23% (mtm) menjadi US$73,53 juta.
Selama periode Januari hingga Maret 2025, kinerja ekspor Kaltim sudah menyentuh US$5,19 miliar, tetapi turun 12,30% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 senilai US$5,92 miliar.
Berbanding terbalik, impor kumulatif justru naik 21,54% (year-on-year/yoy) mencapai US$1, 23 miliar dari US$1,01 miliar.
Terkait neraca perdagangan kumulatif, Januari hingga Maret 2025 masih diisi dengan surplus yang sangat solid di angka US$3,96 miliar, walau lebih rendah dari surplus periode yang sama tahun lalu.
Terkait kinerja ekspor nonmigas Maret 2025, penurunan terdalam secara bulanan dialami golongan barang pupuk (HS 31) yang anjlok US$50,61 juta (-78,36%), dan diikuti bahan kimia anorganik (HS 28) yang turun US$19,97 juta (-62,48%).
Sebaliknya, kenaikan nilai ekspor nonmigas tertinggi dicatat oleh lemak & minyak hewani/nabati (HS 15) yang naik US$25,42 juta (+10,48%).
Kemudian, selama Januari hingga Maret 2025, sektor pertambangan (terutama batu bara dalam HS 27) masih menjadi tulang punggung ekspor Kaltim dengan kontribusi 70,30%, disusul industri (19,13%), dan migas (10,49%).
China (33,30%), India (16,02%), dan Filipina (8,53%) menjadi tiga negara tujuan ekspor utama dari Kaltim.
Dari sisi impor nonmigas, penurunan bulanan paling signifikan pada Maret 2025 terjadi pada golongan mesin/peralatan mekanis (HS 84) sebesar US$29,93 juta (-46,15%) dan mesin/perlengkapan elektrik (HS 85) sebesar US$22,08 juta (-84,96%).
"Sedangkan kenaikan impor nonmigas signifikan secara nominal hanya terlihat pada korek api/bahan peledak (HS 36) dan pupuk (HS 31), tapi perlu dicatat impor kedua golongan ini tidak terjadi pada Februari 2025," ucap Yusniar.
Dilihat dari penggunaannya, dia menjelaskan penurunan impor Maret 2025 terjadi di semua kategori antara lain barang modal (-67,75%), barang konsumsi (-58,27%), dan bahan baku/penolong (-15,96%).
China (29,23%), Malaysia (11,98%), dan Amerika Serikat (9,45%) adalah negara asal impor nonmigas terbesar periode Januari hingga Maret 2025.
Dia menambahkan bahwa pelabuhan Balikpapan masih menjadi gerbang utama baik untuk ekspor (US$561,96 juta di Maret 2025) maupun impor (US$320,53 juta di Maret 2025).