Bisnis.com, BALIKPAPAN – Penurunan tingkat okupansi hotel di Balikpapan selama awal tahun 2025 membuat pelaku industri perhotelan harus memutar otak.
Salah satunya, Blue Sky Hotel Balikpapan yang kini beralih fokus pada penguatan sektor makanan dan minuman (food and beverage/F&B) sebagai strategi untuk bertahan di tengah situasi ekonomi yang lesu.
Manajer Umum Blue Sky Hotel Balikpapan Firman Tamin, mengakui adanya tantangan besar yang tengah dihadapi hotel-hotel di kota penyangga Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tersebut.
"Kami tidak bisa menutup mata bahwa tingkat hunian turun drastis sejak awal tahun. Hal ini terkait erat dengan berkurangnya aktivitas di IKN dan kebijakan efisiensi dari instansi pemerintah," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (29/4/2025).
Lebih jauh, dia menjelaskan sebelum masa penurunan ini, Blue Sky Hotel kerap menjadi tujuan favorit kegiatan pemerintah maupun korporasi dengan tingkat okupansi hampir menyentuh angka 100%.
Namun, situasi kini berbalik 180 derajat setelah kunjungan pejabat pusat dan berbagai agenda penting di IKN berkurang drastis akibat adanya efisiensi anggaran.
Baca Juga
"Kami terus berbenah, kami tahu banyak hotel di Balikpapan, tapi kami tidak berhenti berinovasi, terutama dalam mengembangkan sektor F&B," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (29/4/2025).
Tak hanya mengandalkan kios F&B yang selama ini telah dikenal masyarakat Balikpapan, Blue Sky Hotel juga mengembangkan paket-paket khusus untuk menarik keluarga maupun wisatawan individu (Free Individual Traveller/FIT).
"Kami menyiapkan berbagai paket yang menarik untuk pasar lokal agar mereka tertarik berkunjung ke hotel kami," terang Firman.
Langkah lain yang ditempuh, kata dia, yaitu meningkatkan sinergi dengan lini bisnis lain di bawah Blue Sky Group seperti Decafe, Mantau, serta jaringan lounge di Jakarta, Balikpapan, dan Samarinda.
Menurut Firman, strategi kolaborasi ini merupakan cara terbaik untuk memperluas cakupan pasar di tengah melemahnya permintaan dari sektor korporat dan pemerintahan.
Kendati demikian, dia tetap optimistis dengan prospek jangka panjang Balikpapan sebagai kota penyangga IKN.
"Harapannya, seiring dengan bergeraknya pembangunan IKN dan meningkatnya mobilitas, Balikpapan sebagai kota penyangga akan merasakan dampak positif, dan Blue Sky siap menyambut peluang itu," ungkapnya.
Di sisi lain, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, Sugianto, menggambarkan kondisi industri hotel saat ini sebagai situasi yang lebih buruk daripada masa pandemi COVID-19.
Menurut data PHRI, tingkat okupansi hotel di Balikpapan rata-rata bahkan berada di bawah angka operasional minimum yang sebesar 40%.
"Saat pandemi hotel masih bisa bertahan karena digunakan untuk fasilitas karantina. Sekarang kondisinya berbeda, momentum libur panjang pun tak banyak membantu," terang Sugianto.
Sebagaimana diketahui, pada libur Idul Fitri 2025 tingkat okupansi hotel hanya naik hingga sekitar 70%, turun signifikan dari 90% pada tahun sebelumnya.
Bahkan, dia mengungkapkan momen libur Jumat Agung lalu beberapa hotel di Balikpapan tidak menerima tamu sama sekali.
Penurunan ini, kata Sugianto, mulai dirasakan sejak awal 2025 setelah kunjungan pejabat pusat ke Balikpapan berkurang drastis.
“Kunjungan pejabat pusat, termasuk Presiden, selama ini mendorong okupansi. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi,” pungkasnya.