Bisnis.com, SAMARINDA – Kalimantan Timur tengah menggodok transformasi ekonomi, menggeser ketergantungan sektor ekstraktif batu bara menuju diversifikasi berkelanjutan.
Provinsi yang selama ini mengandalkan komoditas batu bara itu kini berupaya keras mengimplementasikan strategi komprehensif untuk mencapai target bauran energi terbarukan 70% pada 2030.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah membentuk Tim Transformasi Ekonomi di bawah koordinasi Bappeda, dengan Surat Keputusan yang telah disahkan Gubernur Kalimantan Timur.
Implementasi konkret strategi ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan target ambisius peningkatan peran energi baru terbarukan.
"Kami melihat target yang ambisius ini sebagai sinyal positif untuk transformasi ekonomi daerah, dan kami memberikan dukungan penuh," ujar Ashari Novy Sucipto, Analis Senior Fungsi Perumusan KEKDA Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur, Rabu (2/7/2025).
Sebagaimana diketahui, kondisi industri batu bara menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks, seperti penurunan harga secara global.
Baca Juga
Selain itu, lanskap global semakin kompetitif dengan Australia dan negara-negara Afrika sebagai kompetitor utama Indonesia dalam ekspor batu bara.
Lebih jauh, pelemahan sektor batu bara sudah mulai terasa saat adanya pemutusan hubungan kerja dan kehati-hatian sektor perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor pertambangan.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur, Budi Widihartanto, menyatakan kondisi ini menciptakan dilema tersendiri.
Indonesia memiliki sumber daya batu bara yang melimpah, tapi di sisi lain rantai industri dari hulu ke hilir belum terintegrasi dengan baik.
"Sektor hulu penambangan sudah mapan, namun sektor hilir pengolahan dan industrialisasi, khususnya untuk produk bernilai tambah dan ramah lingkungan, masih sangat kurang," katanya.
Budi menambahkan, hal ini berbeda dengan sektor migas yang industri hilirnya telah lebih berkembang, sektor batu bara masih tertinggal dalam aspek nilai tambah.
Oleh karena itu, Budi menyebutkan proses transformasi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi faktor penentu masa depan industri.
Sebagai upaya konkret mendukung transformasi, Bank Indonesia berkolaborasi dengan DPMPTSP melalui program Regional Investor Relation Unit (RIRU).
Program ini mengarahkan investasi ke sektor-sektor strategis yang mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
"Fokus investasi kini diarahkan pada 4 sektor prioritas, yaitu industri, pariwisata, pertanian, dan maritim. Tidak ada lagi investasi di sektor ekstraktif yang dipromosikan kepada investor," katanya.
Bank Indonesia juga memberikan insentif makroprudensial untuk mendorong perbankan membiayai sektor prioritas, termasuk industri hijau dan ketahanan pangan, guna menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Kendati demikian, tantangan terbesar masih berada pada aspek tata kelola. Budi mengatakan, kurangnya penyelarasan dan komitmen antara pemerintah pusat dan daerah kerap menjadi batu sandungan implementasi kebijakan strategis.
"Seringkali kebijakan strategis dari pusat, seperti moratorium izin tambang baru tidak berjalan konsisten di tingkat daerah," ucap Budi.
Kondisi ini menimbulkan keraguan terhadap keseriusan proses transformasi energi dan industrialisasi.
Adapun, dia menuturkan perlu komitmen bersama dan koordinasi yang kuat antara semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan transformasi ekonomi Kalimantan Timur.