Bisnis.com, BALIKPAPAN – Enam individu orangutan dikembalikan ke habitat alaminya di Hutan Kehje Sewen, yang meliputi wilayah Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kolaborasi antara Kementerian Kehutanan dengan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) serta sejumlah mitra lainnya hari ini sebagai langkah konkret memperingati Hari Bumi.
Orangutan yang ada terdiri dari lima individu yang telah menjalani proses rehabilitasi intensif dan satu individu yang sempat dilepasliarkan tapi kembali memerlukan perawatan lanjutan.
Sebagaimana diketahui, area selatan Hutan Kehje Sewen telah ditetapkan sebagai salah satu lokasi prioritas untuk program pelepasliaran orangutan sejak tahun 2015.
Tahun ini, kawasan hutan tersebut kembali menjadi rumah baru bagi keenam primata tersebut. Dari enam individu yang dilepasliarkan, komposisinya terdiri atas tiga jantan dan tiga betina.
Proses pengembalian satwa-satwa ini sendiri menuntut logistik yang kompleks, dan melibatkan penggunaan berbagai sarana transportasi, mulai dari kendaraan berpenggerak empat roda untuk medan berat, perahu menyusuri sungai, hingga pengerahan tenaga pengangkut untuk membawa kandang transport berisi orangutan ke titik pelepasliaran di pedalaman hutan yang diperkirakan memakan waktu sekitar 20 jam.
Baca Juga
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni menyatakan pelepasan enam individu Orangutan yang telah direhabilitasi di Pusat Penyelamatan Orangutan Samboja Lestari dan dikelola Yayasan BOS ini akan dilepaskan di Muara Waheu.
Dia menekankan komitmen kementerian untuk memperkuat kebijakan konservasi berbasis ilmu pengetahuan, pendekatan ekosistem, dan partisipasi masyarakat.
"Melalui program-program seperti restorasi ekosistem, penguatan kawasan konservasi, rehabilitasi satwa liar, dan pemulihan habitat, kami berupaya menghadirkan masa depan yang berkelanjutan bagi manusia dan alam," katanya.
Dia menegaskan konservasi spesies tidak bisa dilakukan hanya oleh Pemerintah, tetapi memerlukan dukungan dan partisipasi semua pihak guna mengakselarasi tercapainya tujuan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Yayasan BOS, Jamartin Sihite, menegaskan pelepasliaran pada Hari Bumi ini menjadi pengingat kuat akan urgensi upaya rehabilitasi dan perlindungan satwa liar, terutama orangutan yang kini berada di ambang kepunahan.
"Lebih dari 350 orangutan saat ini masih menunggu masa depan mereka di pusat rehabilitasi yang dikelola BOSF," tegasnya.
Dia menekankan bahwa perlindungan orangutan harus terus diintensifkan dengan semangat membangun bumi yang adil dan lestari bagi semua ciptaan.
Adapun, Presiden Direktur PT RAPP, Sihol Aritonang menjelaskan kemitraan antara APRIL dan PT RHOI sejalan dengan komitmen keberlanjutan dalam APRIL2030, yang mendukung perlindungan satwa liar yang dilindungi dan terancam punah seperti orangutan Kalimantan serta menjaga kelestarian habitat alaminya.