Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Daya Beli Jadi Biang Perlambatan Konsumsi Rumah Tangga di Kaltim

Perlambatan konsumsi RT ini sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan pada skala Likert permintaan domestik.
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, BALIKPAPAN – Melemahnya pertumbuhan ekonomi rumah tangga di Kalimantan Timur (Kaltim) terlihat pada kuartal II/2024, di mana konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh sebesar 5,16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Angka ini mengalami perlambatan dari kuartal sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 5,24% (yoy). 

Kepala Kantor KPWBI Kaltim Budi Widihartanto menyatakan perlambatan ini merupakan refleksi langsung dari melemahnya daya beli masyarakat, yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi sektor-sektor utama seperti pertambangan, industri pengolahan, dan pertanian.

Perlambatan konsumsi RT ini sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan pada skala Likert permintaan domestik. 

“Penurunan tersebut juga sejalan dengan hasil survei penjualan riil perlengkapan rumah tangga yang menunjukkan penurunan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/10/2024).

Di sisi lain, Budi menyebutkan realisasi belanja pemerintah daerah melonjak signifikan, tumbuh sebesar 26,18% (yoy) dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 10,65% (yoy).

Peningkatan belanja transfer menjadi aktor utama yang mengkerek realisasi tersebut dan disinyalir turut menahan laju ekonomi Kaltim lebih rendah lagi. 

Budi menyatakan, pertumbuhan realisasi belanja pemerintah mencapai 10,8% (yoy) atau lebih tinggi 6,1% (yoy) dari kuartal sebelumnya.

Jika dirinci, peningkatan belanja pemerintah terutama terlihat pada belanja transfer yang kontraksinya membaik hingga -13,9% (yoy), serta belanja operasional yang tetap tumbuh positif meski belanja tak terduga belum terealisasi.

Lebih lanjut, beberapa komponen belanja operasional menunjukkan dinamika menarik. Belanja bantuan sosial melonjak sebesar 81,6% (yoy) dan menjadi pilar utama di tengah perlambatan belanja pegawai dan belanja barang.

Pada kuartal II/2024, belanja pegawai melambat dari 61,1% (yoy) menjadi 40,7% (yoy) seiring dengan penyaluran gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang kini telah dilaksanakan pada kuartal I. 

Adapun, belanja barang mengalami perlambatan dari 34,1% (yoy) menjadi 9,4% (yoy), diakibatkan oleh belanja barang pendukung pembangunan IKN dan berbagai kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) pemerintah daerah yang tinggi pada tahun sebelumnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper