Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surya Biru SBMA Kejar Peningkatan Produksi Lima Kali Lipat

Air Separation Plant (ASP) selesai diproduksi China dan sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan Surabaya dan diestimasikan tiba pada bulan Oktober 2022.
Logo PT Surya Biru Murni Acetylene./JIBI-Istimewa
Logo PT Surya Biru Murni Acetylene./JIBI-Istimewa

Bisnis.com, BALIKPAPAN — PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) membeberkan sejumlah perkembangan terkini dan inovasi dalam melayani pelanggan dan meningkatkan mutu produknya.

Sekretaris Perusahaan Cintia Kasmiranti menyatakan Air Separation Plant (ASP) sudah selesai diproduksi dari China dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan Surabaya dan diestimasikan tiba pada bulan Oktober 2022.

“Harapannya ASP baru ini beroperasi resmi pada awal tahun 2023 untuk memenuhi target permintaan pasar industri yang kian meningkat pasca pandemi Covid,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (19/9/2022).

Menurut catatan Bisnis, SBMA membelanjakan dana hasil dari IPO pada 8 September 2021 lalu senilai total Rp 52 Miliar untuk pembelian ASP seharga Rp19,5 miliar dari perusahaan asal China, Chun An Ming Rong Import And Export Co., Ltd.

Perseroan tengah melakukan pengembangan pabrik dengan mendorong kapasitas produksi perusahaan yang ditargetkan meningkat lima kali lipat yaitu, dari 2 juta liter per tahun menjadi 10 juta liter per tahun.

Selain itu, perseroan tengah menggandeng Universitas Gajah Mada (UGM) dalam mengkaji pemanfaatan limbah B3 yang merupakan produk sampingan dari gas Acetylene.

“Dalam rencana bisnisnya, SBMA telah mempersiapkan sejak awal tahun dan saat ini tengah bekerja sama dengan Fakultas Teknik UGM untuk kajian pemanfaatannya. Penandatanganan Memorandum of Understanding dilaksanakan di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Sleman, Yogyakarta pada hari Jumat tanggal 26 Agustus 2022,” katanya.

Surya Biru SBMA Kejar Peningkatan Produksi Lima Kali Lipat
Penandatanganan MoU pihak SBMA dengan UGM di Yogyakarta oleh Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti (tengah-batik), Direktur dan Corporate Secretary Cintia Kasmiranti (ketiga-kanan) dan Kepala Pusat Kajian LKFT UGM Jarot Setyowiyoto (tengah-putih).

Cintia menambahkan, hal ini merupakan sesuatu yang baru di Indonesia bagi Manufaktur Gas Industri karena limbah carbide sisa produksi merupakan Limbah B3 yang membutuhkan penanganan khusus dalam pengelolaannya. 

“Hal ini menandai komitmen perseroan untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan berinovasi untuk mengembangkan bisnis perusahaan,” katanya.

Kemudian, Cintia menjelaskan berbagai inovasi terus dilakukan oleh SBMA dengan menjadi satu-satunya di Kalimantan yang memiliki laboratorium gas industri.

“Sesuai misi perusahaan dalam manajemen mutu, Pihak SBMA mengirimkan personilnya untuk melakukan seminar teknis di Jakarta pada tanggal 8 September 2022 dalam acara Lab Indonesia yang dihadiri berbagai laboratorium gas ternama di Indonesia. Untuk pengembangan laboratorium tersebut dengan harapan dapat memberikan produk berkualitas tinggi kepada pelanggan,” jelasnya.

Adapun, laboratorium gas industri saat ini digunakan untuk pengujian internal sampel produksi sebelum dikirim ke pelanggan. Ke depan, laboratorium ini diharapkan dapat menghasilkan produk gas yang lebih spesifik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper