Bisnis.com, PONTIANAK – Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Barat pada September 2018 mengalami deflasi sebesar -0,23%.
Deflasi IHK terutama didorong oleh penurunan harga daging ayam ras yang sempat beberapa bulan terakhir menjadi komoditas utama penyumbang inflasi.
Asisten Direktur Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan Barat Adhinanto Cahyono mengatakan secara bulanan, deflasi ini lebih dalam dibandingkan dengan angka nasional yang tercatat sebesar -0,18%. Namun secara tahunan IHK Provinsi Kalimantan Barat mengalami inflasi sebesar 2,91% (yoy), menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,47% (yoy).
"Tekanan harga Provinsi Kalimantan Barat pada September 2018 tetap terkendali. Berdasarkan kota sampel inflasi, deflasi Provinsi Kalimantan Barat didorong oleh Kota Pontianak dan Kota Singkawang yang masing-masing mengalami deflasi sebesar -0,27% dan -0,01%," jelasnya, Selasa (2/10/2018).
Beberapa komoditas yang memicu terjadinya deflasi disamping penurunan harga daging ayam ras adalah penurunan harga udang basah, tarif angkutan udara, sotong, dan cabai rawit.
Harga daging ayam ras mengalami penurunan setelah beberapa bulan terakhir menjadi komoditas utama penyumbang inflasi. Penurunan harga udang basah, sotong, dan cabai rawit dikarenakan pasokan yang cukup. Sedangkan penurunan tarif angkutan udara terjadi pasca berlalunya momen hari besar keagamaan nasional.
Di sisi lain, kenaikan upah pembantu rumah tangga, kenaikan harga kangkung, buncis, sawi hijau, dan wortel menahan terjadinya deflasi lebih dalam.
Namun demikian, TPID tetap memperhatikan beberapa kondisi yang beresiko memicu inflasi kedepannya. Antara lain peningkatan harga minyak dunia, anomali cuaca, kebakaran lahan, dan bencana asap, serta penyesuaian batas bawah tiket angkutan udara. Untuk mengendalikan inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan Barat akan terus memperkuat koordinasi kebijakan.
"Ke depan, terdapat beberapa risiko inflasi yang tetap perlu menjadi perhatian, yaitu, peningkatan harga minyak dunia, Anomali cuaca, kebakaran lahan, dan bencana asap, serta penyesuaian batas bawah tiket angkutan udara," tambahnya.