Bisnis.com, PONTIANAK – Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) diminta tetap berkomitmen menjaga model bisnis berkelanjutan di antara para petani karet dan lada di sejumlah kabupaten yang menjalin kerja sama dengan Pemerintah Jerman.
Kerja sama itu dalam program Sustainable Regional Economi Growth and Investment Programme (Sregip), proyek kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan GIZ (Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit) Jerman, dalam mempercepat pembangunan regional.
Kegiatan program salah satunya fokus pada pengembangan rantai nilai agribisnis petani karet dan lada di Kalbar. Kerja sama tersebut berlangsung sejak 2015 , dengan ditandatangani kesepakatan bersama 7 dengan Pemkot Singkawang, Pemkab Bengkayang, Pemkab Sambas, Pemkab Sanggau, Pemkab Landak, Pemkab Ketapang, dan Pemprov Kalbar.
Regional Coordinator GIZ Sregip Stepanus Djuweng mengutarakan, pemerintah kabupaten/kota melanjutkan kerja sama, karena kerja sama itu akan berakhir berakhir pada Juni 2017.
“Kami optimistis pemkab bakal terus melanjutkan bagian-bagian terpenting dari program ini termasuk juga dengan koperasi-koperasi yang terdiri dari kelompok petani karet dan lada,” kata Djuweng kepada Bisnis, Rabu (18/5/2017).
Dia melihat kelompok petani kedua komoditas ini sekarang bisa memperoleh harga penjualan baik karet dan lada yang tinggi. Hal itu tidak lepas dari peran kehadiran koperasi yang dibentuk masing-masing kelompok tani (poktan).
“Itu yang ingin kita harap supaya bisa mereka bisa melanjutkan aspek-aspek penting dalam penjualan karet secara bersama-sama, menjaga kualitas dan memperbesar keanggotaan koperasi,” ucapnya.
Pihaknya, kata Djuweng juga menjembatani petani dengan pihak swasta atau perusahaan pembeli produk karet dan lada petani. Ada sejumlah perusahaan berskala internasional dan nasional yang menampung dan membeli karet dan lada petani dengan harga yang tinggi.
Ada sebanyak 3.100 petani karet dan 1.700 petani lada yang mendapatkan binaan dari Sregip GIZ sejak 2012 dengan jumlah 46 kelompok tani.
“Petani-petani ini punya modul-modul yang telah kami sediakan sebagai panduan mereka untuk mendirikan koperasi. Selama ini mereka paham proses pembentukan koperasi dan bagian-bagian terpenting bisnis alternatif tersebut,” ujarnya.