Bisnis.com, SAMARINDA - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur meyakini dengan membangun pembangkit listrik sebesar 10.000 Megawatt akan membuat wilayah ini bebas dari krisis listrik.
Gubernur Provinsi Kaltim Awang Faroek Ishak mengatakan, wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra) ini akan menyumbang 10.000 Megawatt (MW) dari rencana pemerintah pusat yang menargetkan pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW pada 2019.
"Kami sudah mengajukan ke pusat untuk pembangunan 10.000 MW di Kaltim, semoga disetujui oleh pemerintah pusat," ujarnya, belum lama ini.
Dia meyakini dengan dibangunnya pembangkit listrik sebesar 10.000 MW ini akan berdampak pada pembagian listrik yang merata tiap daerah.
"Tiap daerah yang ada di Kaltimra ini akan dapat menikmati listrik, tidak ada yang tidak kena listrik akan merata."
Awang berharap nantinya sistem konektivitas listrik yang ada di Kaltimra tak hanya tertumpu pada sistem Mahakam saja tetapi juga akan dibangun di Sungai Kayan sehingga dapat mengurangi beban dan meratakan listrik di daerah yang ada di wilayah Kaltimra.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kaltim Amrullah menuturkan ada sejumlah perusahaan yang telah menyatakan siap untuk mewujudkan pembangunan pembangkit listrik 10.000 di Kaltim.
Namun, saat ini pembangunan listrik ini masih tergantung izin yang diberikan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Mereka sudah siap untuk membangun sepanjang diberikan izin oleh PLN. Kita itu pengen segera lakukan tapi ada masalah dari PLN. Kuncinya ini ada di PLN."
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kaltim Zairin Zain menambahkan, banyak pembangkit yang siap beroperasi namun masih terkendala oleh sejumlah hal.
"Energi sebenarnya tinggal menata. Kami ada pembangkit listrik dengan kapasitas sedang, jika ditata dan sudah berfungsi dengan baik yakin bisa mengurangi byarpet," tuturnya.
Provinsi Kaltim memiliki pembangkit listrik di Kariangau, Balikpapan yang kapasitas 2 x 100 MW.
Selain itu, juga terdapat Pembakit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Senipah, di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan kapasitas sekitar 2x100 MW yang juga masih terganjal sejumlah aturan.
"Ini masalahnyang ada harus diselesaikan bila Kaltim mau bebas dari masalah listrik. Ini juga sesuai dengan program 35.000 MW dan Kaltim menyumbang siap dengan 10.000 MW," ucapnya.
Zairin meyakini apabila kedua pembangkit tersebut dapat beroperasi secara maksimal, maka dapat mensupplay daerah yang kurang untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan pengembangan industri.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Provinsi Kaltim M Sabani berpendapat permasalahan listrik menjadi salah satu kendala utama untuk menarik investor agar mau berinvestasi di Bumi Etam.
"Kendala saat ini untuk menarik investor agar mau berinvestasi di kawasan industri yakni infrastruktur listrik. Tentu saja tidak langsung menarik investor untuk berinvestasi kalau semua itu belum clear," ujarnya.
Lebih lanjut lagi, Sabani menuturkan banyak investor yang tertarik utnuk membangun listrik di Kaltim.
Namun, mekanisme dan prosedur untuk membangun listrik itu tidak mudah.
"Jadi peminat pembangunan listrik ini ada. Banyak yang minat bikin listrik tetapi baru minat. Masalahnya mekanisme dan prosedurenya tidak sederhana yang kami bayangkan untuk melengkapi kawasan yang perlu dukungan listrik."
Mantan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi ini tak memungkiri antara investor yang ingin membangun listrik dengan para pelaku usaha di kawasan industri saling menunggu satu dengan yang lain.
Para investor berminat membangun listrik di Kaltim pun pasti menunggu terlebih dahulu adanya pembeli listrik dari industri.
"Siapa yang bisa menyiapkan listrik secara cepat kalau dia sekarang skala besar enggak mungkin cepat. Kalau sekarang tidak ada yang mau bangun listrik dan industri nunggu listrik, ya siapa.
Mau bangun listrik siapa yang beli? Kan selalu begitu jadinya kalau pemerintah enggak turun tangan. Kami mau bangun listrik, investor bangun listrik siapa jamin beli. Belum tau. Ini kami mau bangun pabrik, mana listriknya juga belum tau."