Bisnis.com, BALIKPAPAN — Pertumbuhan ekonomi Kota Balikpapan hanya mencapai 3,23% pada 2024, melambat dari capaian tahun sebelumnya yang mampu melambung hingga 6,49%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan, kontraksi di sektor industri pengolahan yang selama ini menjadi mesin utama penggerak ekonomi kota, disinyalir menjadi penyebab utama melambatnya pertumbuhan ekonomi Balikpapan.
Kepala BPS Kota Balikpapan Marinda Dama Prianto menyatakan insiden kebakaran kilang minyak menjadi akar permasalahan perlambatan ekonomi ini.
"Tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Balikpapan bersumber dari tertundanya aktivitas produksi di kilang minyak. Sektor industri pengolahan, yang memiliki pangsa dominan sebesar 45,55% dalam struktur ekonomi kota, terkontraksi sebesar 0,04%," ujarnya belum lama ini.
Lebih lanjut, dia menambahkan peristiwa kebakaran yang menyebabkan penundaan jadwal pengolahan minyak dan penghentian produksi selama tiga bulan, ibarat pukulan telak bagi kinerja ekonomi Balikpapan.
Sebagai informasi, kebakaran yang melanda Crude Distillation Unit (CDU) VI Kilang Balikpapan pada pertengahan tahun lalu telah melumpuhkan unit pengolahan minyak mentah dengan kapasitas 170.000 barel per hari.
Baca Juga
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan Robi Ariadi menyatakan bahwa sektor konstruksi diproyeksikan akan tetap menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Balikpapan ke depan.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan keberlanjutan proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan sejumlah proyek strategis nasional lainnya.
“Ke depan, sektor konstruksi diperkirakan masih akan menjadi salah satu growth driver pertumbuhan ekonomi di Balikpapan sejalan dengan keberlanjutan pembangunan IKN dan beberapa proyek strategis lainnya,” katanya.
Selain itu, sektor Perhotelan, Restoran, dan Pariwisata (PHR) juga diprediksi akan terus mengalami peningkatan, seiring dengan maraknya event bisnis dan budaya, serta stimulus pemerintah untuk menjaga daya saing sektor ini.
Kendati demikian, Robi mengingatkan bahwa diversifikasi ekonomi menjadi imperatif untuk menjaga momentum pertumbuhan dan menghindari ketergantungan pada satu sektor industri saja.
Program pemerintah dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta dukungan permodalan, menurutnya, tetap menjadi agenda prioritas.
"Untuk menjaga momentum dan menghindari ekonomi Balikpapan hanya bertumpu pada satu kaki, program pembinaan UMKM dan permodalan tetap menjadi esensial," tegasnya.
Lebih jauh, pengembangan ekonomi kreatif, meskipun kontribusinya saat ini relatif kecil, juga memerlukan strategi yang terarah dan sinergi lintas sektor.
Adapun, dia menuturkan fokus utama tetap tertuju pada upaya menjaga pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing dan mempertahankan daya beli masyarakat.