Bisnis.com, BALIKPAPAN — “Hidup itu mengalir saja. Segala yang terjadi harus dihadapi karena itu adalah proses yang harus dilalui.” Demikian kalimat yang meluncur dari seorang Krishna Galih Mahendra Putra, CEO PT Keony Gitta Maximus atau Onix Radio.
Krishna mengaku sudah berkenalan dengan dunia bisnis saat duduk di sekolah menengah pertama. Ketika itu, dia menjual gelang dari bekas kabel komputer yang diambil tembaganya untuk kemudian dilinting. Meski hasilnya digunakan untuk jajan, Krishna mengaku hal itu menjadi inspirasi bagi dirinya untuk mendapatkan uang lebih.
Pria kelahiran Balikpapan ini memiliki cita – cita membangun sektor ekonomi kreatif yang menarik bagi generasi muda. Krishna bercerita dirinya sangat menyukai bidang audio visual jauh sebelum Youtube tenar dengan segala macam embel – embelnya.
“Waktu kuliah saya sempat berkeinginan untuk membuka PH [production house]. Sudah sempat cari barang, cari tempat. Jadi memang passion saya di situ,” ujarnya.
Namun, manusia hanya bisa berencana dan Tuhanlah yang menentukan. Rencana untuk membuat production house di Malang buyar setelah Krishna sakit dan harus kehilangan penglihatannya. Ia pun kembali ke Balikpapan.
Kondisi fisik yang terbatas membuatnya berpikir keras untuk bisa mandiri dan tak membebani keluarga. Dengan banyak dukungan keluarga dan kerabat, Krishna membuka usaha event organizer pada 11 Januari 2007. Bisnis ini terus berjalan hingga kini.
Kendati demikian, bukan berarti perjalanan bisnisnya terus menanjak. Krishna menyebut personel tim event organizer nya pernah hanya tersisa dua orang karena satu persatu mengajukan pengunduran diri. Namun, Krishna mengaku tak patah arang karena terus menjalankan bisnisnya meski keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi. Dia pun berhasil menggawangi konser Boomerang di Samarinda hingga diminta sebagai media support konser Kenny G di Balikpapan.
Kecintaannya pada dunia audio-visual membuatnya mengurus izin operasi Onix Radio. Dia pun kemudian mulai mengurus kelengkapan untuk operasional Onix Radio pada pertengahan 2007. “Biar resmi maka harus ikut aturan dan harus jalan. Alhamdulilah jalan sampai sekarang. Jadi dari background audiovisual itu saya pikir karena penglihatan sudah dipinjam kembali, apa yang bisa saya manfaatkan dari badan saya? Alhamdulilah pemikiran normal cuma penglihatan saya saja yang dipinjam kembali.Jadi, jatuhnya di radio,” ujarnya.
Bisnis radio yang dibuka ini, lanjut Krishna, ia gabungkan dengan operasional kafe. Dia berkeinginan agar siaran radio tidak melulu dilakukan dalam box-on-air tetapi bisa di mana saja dan kapan saja. Karena itulah, Krishna juga membuka Beckopieen Café.
“Saya lalu mengolaborasi antara siaran radio dan kafe dengan menggelar talk show sambil minum kopi di kafe,” tutur Krishna.
Waktu berjalan. Krishna pun kemudian mengikuti kontes Wirausaha Muda Mandiri dan berhasil meraih gelar pada tingkat regional. Dia pun kemudian mewakili regional Kalimantan untuk bersaing dengan finalis lainnya di tingkat nasional.
Krisna mengatakan ketatnya persaingan membuat dirinya terus berpikir untuk berinovasi. “Lalu munculah ide untuk menggabungkan usaha radio dengan kafe. Kolaborasi usaha ini saya mulai pada 2013. Tamu kafenya bisa langsung meminta lagu atau menyapa siapa saja di radio yang on air,” ujarnya.
Hampir satu dekade memimpin Radio Onix, Krishna mengaku hanya gejolak ekonomi di Kalimantan Timur pada 2014 yang sedikit berimbang spada bisnis radio dan kafe. Namun dari badai-badai tersebut, Krishna percaya bisnis akan bertahan dengan inovasi yang berkelanjutan.
INGIN MENGABDI
Resah melihat belum optimalnya wadah pemberdayaan industri kreatif di Balikpapan membuat Krishna terjun ke dunia politik. Maju sebagai calon legislatif menjadi salah satu pilihannya untuk dapat mengatasi kegelisahan yang membuncah.
“Selama ini saya mendorong dengan melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan banyak anak muda kreatif. Tapi masih belum bersambut dari pemerintah untuk dapat dilanjutkan sebagai program reguler,” katanya.
Krishna menyebutkan agar perubahan dapat terjadi maka harus masuk ke dalam sistem. Melalui Partai Nasdem, dia pun masuk sebagai daftar calon tetap untuk DPRD Kota Balikpapan, Daerah Pemilihan (Dapil) Balikpapan Kota, dengan nomor urut 4. “Kalau kami yang lakukan [kegiatan pemberdayaan generasi muda] secara mandiri terus menerus tentu tidak sanggup. Harus ada keterlibatan pemerintah dan ini momennya,” katanya.
Krishna mencontohkan kesulitannya mencari sumber daya manusia yang memiliki keterampilan di bisnisnya. Padahal, apabila ada lembaga pelatihan yang cukup untuk melatih generasi muda, bukan tidak mungkin akan tersedia tenaga kerja terampil yang cukup. Dengan demikian, ada sebagian dari mereka juga yang dapat membuka bisnis.
“Bayangkan saja apabila ada [Balai Latihan Kerja] di setiap kelurahan, tentunya akan semakin banyak tenaga kerja yang terampil. Kita bisa memberdayakan Karang Taruna karena mereka kan juga mendapat dana operasional dari pemerintah,” katanya.
Krishna berharap ikhtiarnya untuk dapat berkontribusi aktif untuk Kota Balikpapan dapat terus berlanjut dan semakin besar skalanya dengan menjadi anggota legislatif. Semoga!